Cianjur Harianpers.Com – Sebuah keluarga asal Kampung Pongkor, Kecamatan Cijati, Kabupaten Cianjur, mengaku kecewa dan geram terhadap pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sayang Cianjur. Mereka menilai penanganan terhadap anggota keluarga mereka yang terluka parah akibat kecelakaan tidak mencerminkan standar pelayanan rumah sakit rujukan.
Menurut Dian Robet, kakak dari pasien, adiknya mengalami kecelakaan tragis akibat terkena serpihan pisau mesin rumput yang patah. Luka yang diderita cukup dalam dan mengeluarkan banyak darah, sehingga membutuhkan penanganan medis serius.
“Awalnya kami bawa ke RS Hapiz. Penanganan awal cukup baik, tapi biaya operasi disebut mencapai Rp40 juta dan tidak ditanggung BPJS. Akhirnya kami putuskan pindah ke RSUD Sayang Cianjur karena informasinya menerima BPJS,” kata Dian, Kamis (4/7/2025).
Perjuangan keluarga pun tak mudah. Mereka meminjam ambulans dari organisasi kemahasiswaan PMII dan menempuh perjalanan jauh dari Cijati ke RSUD Sayang, tiba sekitar pukul 21.30 WIB dalam kondisi hujan malam hari.
Namun sesampainya di IGD, harapan akan pelayanan profesional berubah menjadi kekecewaan mendalam.
“Adik saya hanya diperban, lalu dirontgen. Tidak ada tindakan medis lanjutan, tidak ada infus, tidak ada observasi intensif. Bahkan tak satu pun petugas menanyakan asal pasien atau kronologi kecelakaan. Tiba-tiba kami diminta membawa pasien pulang. Ini IGD atau tempat transit?” ungkap Dian, geram.
Ia menilai respons rumah sakit sangat tidak manusiawi, terlebih dengan kondisi pasien yang masih lemah dan terus mengeluarkan darah.
“Bayangkan, tengah malam dan hujan, pasien dalam kondisi lemah disuruh keluar dari IGD begitu saja. Tak ada musyawarah soal rawat inap. Di mana sisi kemanusiaannya?” lanjutnya.
Merasa diperlakukan tidak adil, pihak keluarga menuntut klarifikasi dari manajemen RSUD Sayang dan mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelayanan di IGD.
“Ini bukan sekadar kelalaian. Ini soal nyawa, soal kemanusiaan. Kami tidak ingin pasien lain mengalami nasib yang sama,” tegas Dian.
Sementara itu, pihak RSUD Sayang melalui Humas, Raya, memberikan klarifikasi lewat pesan WhatsApp. Ia menegaskan bahwa penanganan terhadap pasien telah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
“Pasien sudah kami tangani sesuai SOP, mulai dari triase saat masuk IGD, hingga konsultasi dengan dokter penanggung jawab pelayanan. Karena merupakan rujukan dari RSDH, sesuai saran dokter ortopedi, pasien diarahkan untuk pemeriksaan lanjutan di instalasi rawat jalan,” terang Raya.
Hingga kini, belum ada pernyataan lanjutan dari pihak rumah sakit mengenai kemungkinan evaluasi internal atas keluhan yang disampaikan keluarga pasien.