mostbet casinomostbet1win aviatorpin upmostbetmostbet az casinopinup kzpin up azmostbet aviator loginaviatorlucky jet casinoonewinlucky jet crashpinup4rabetmostbet az1win cassino4r bet1 win indiapin-up1win kzmostbet kzpin up indiamosbet india1win casino1win slotlucky jetpin uplacky jet1win casinolucky jetмостбет кзpinap4rabet pakistan4a betpinup login1 winmosbetmosbetaviator1win casinomosbet1 win az1win casino1winmostbet aviator loginmostbetparimatchparimatchpin up casino india1win
Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
BeritaDaerah

JERIT HATI MUHAMMAD RAMADHAN MENANTI ULURAN TANGAN

76
×

JERIT HATI MUHAMMAD RAMADHAN MENANTI ULURAN TANGAN

Sebarkan artikel ini
Jerit Hati Muhammad Ramadhan Menanti Uluran Tangan

HarianPers ||Indramayu – Lebih dari tiga tahun sudah, pasangan Nursiti (35) dan Asandi (40) yang tinggal di blok tengah RT 11/03 No.24 Karangampel lor, Kec.Kerangampel, Kabupaten Inframayu ini hidup dalam bayang-bayang kecemasan. Anak kedua mereka, buah hati yang seharusnya tumbuh ceria, justru harus berjuang melawan penyakit langka: syndaktyly dan polydaktyly (sypy). Penyakit ini tak hanya menyerang jaringan lunak, namun juga melumpuhkan tulang-tulangnya dalam bentuk sindaktyly kompleks.

Nursiti dengan suara getir menceritakan, Anak saya sudah tiga tahun lebih berjalan mengalami penyakit tersebut.” Namun, harapan untuk kesembuhan sang buah hati terbentur tembok biaya. “Cuma bagaimana ya, saya belum ada biaya untuk pengobatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Di sana perlu untuk ongkos mobil dan lainnya.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten
“Anak, setelah ada kunjungan pertama sampai dengan saat ini hanya terbaring di tempat tidur saja, dan kondisi rumah juga apa adanya. Pernah sich dapat dari desa bantuan rumah 6 jt, itu juga. Katanya anggaran sebenarnya 10 jt.” Ungkap nursiti pada Minggu (1/6/2025).

Sementara itu, Asandi, sang suami yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan, tampak lebih pasrah. “Saya sudah pasrah dengan keadaan anak saya, berhubung saya kerja sebagai buruh serabutan,” tuturnya lemah.

Namun, di balik kepasrahan itu, secercah harapan masih menyala di hati mereka. Mereka tidak menyerah begitu saja. “Tapi kami masih ada secerah harapan dan berharap ada donatur yang akan secara ikhlas membantu pengobatan anak saya,” pinta Nursiti dengan mata berkaca-kaca.

Kisah pilu keluarga kecil ini adalah cerminan perjuangan banyak keluarga di luar sana yang berhadapan dengan keterbatasan ekonomi dan akses kesehatan. Penyakit sindaktili dan polidaktili, meskipun tidak mengancam nyawa secara langsung, dapat severely memengaruhi kualitas hidup penderitanya jika tidak ditangani dengan baik. Operasi rekonstruksi adalah jalan satu-satunya untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak Nursiti dan Asandi.

Akankah harapan keluarga ini terjawab? Mari bersama-sama menunjukkan kepedulian. Uluran tangan sekecil apa pun akan sangat berarti untuk masa depan sang buah hati Muhammad Ramadhan yang kini terbelenggu penyakit langka. (Mzk).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *